“Aku nggak tau, maunya kamu itu apa. Udah jelas-jelas Justin itu suka banget sama kamu, sayang dan perhatian. Kenapa sich dia kamu putusin,” tanya Jeni yang nggak habis pikir tentang kelakuan kamu.
“Aku nggak suka sama dia,” jawab kamu lantang
“Kalau kamu nggak suka, kenapa kamu terima dari awal, waktu dia nembak kamu?”
“Yach, aku kan nggak tau sikap dan sifat dia kayak itu. Ternyata udah dijalanin, aku rasa aku nggak cocok aja sama dia”.
“Tapi kan kalian baru sebulan jalan bareng. Kamu butuh waktu, agar kamu tau banyak soal Justin”.
“Duh..... Jen. Waktu sebulan itu cukup lama. Mau berapa lama lagi sich? Lagian aku udah bosan sama dia”.
“Kamu nggak boleh gitu. Justin itu orangnya baik. Salah apa sich dia sama kamu. Pokoknya aku nggak setuju kamu putus sama dia”.
“Lho ... koq jadinya kamu yang sewot. Ya udah, kamu aja yang pacaran sama dia. Atau jangan-jangan kamu tu naksir ya sama Justin, makanya ngebelain dia”.
“Bukan gitu (nma kmu)!”
“Lantas?”
“Aku nggak mau kamu kena batunya. Aku ini sahabat kamu. Aku nggak ingin terjadi apa-apa sama kamu”.
“Duh......perhatiannya. Tenang aja Jen, nggak akan terjadi apa-apa sama aku”.
“Iya, aku percaya,(nma kmu). Sejak Ryan pergi dari kamu, kamu tu banyak berubah. (nma kmu) yang dulu nggak pernah nyakitin perasaan orang lain, (nma kmu) yang selalu setia, (nma kmu)yang punya warna hidup”.
“Ach ..... sudah Jen, semua itu masa lalu. Lupakan aja (nma kmu) yang dulu meskipun sikap aku udah berubah. Dan aku rasa soal Ryan nggak usah dibahas dech”.
“Tapi Ryan kan yang buat kamu jadi seperti ini. Aku kasian sama kamu”.
“Kamu nggak perlu kasiani aku, aku nggak papa Jen”.
“Kamu nggak perlu bohong. Kamu tu menderita karena orang yang paling kamu sayangi ningalin kamu tanpa membuat keputusan apapun. Aku kenal baik sama kamu. Aku ingin kamu lupain Ryan”.
Kamu terdiam. Sejurus kamu resapi kata-kata Jeni barusan. Jeni memang benar,kamu harus membuang jauh-jauh masa lalu dan membuka kehidupan untuk kebahagiaan. Tanpa diduga oleh Jeni, kamu memeluknya dengan erat. kamu menangis di pelukan sahabat kamu itu.
“Tapi aku nggak bisa Jen. Aku nggak bisa lupain Ryan. Aku cinta mati sama dia,” ujar kamu disela isak tangis kamu.
“Ss ....sst, kamu pasti bisa. Ingat (nma kmu), cinta sejati itu adalah cinta kepada Tuhan. Kamu coba ya .....”.
kamu nuruti anjuran Jeni untuk menerima Justin kembali. Memang dia sayang banget sama kamu. kamu berharap keputusan yang diambil kali ini bukan merupakan kesalahan seperti yang kamu lakukan saat kamu menerima Ryan.
Biarpun Justin udah begitu baiknya, Kamu tetap aja belum bisa menerima Justin sepenuhnya menjadi bagian dari kehidupanmu. Menurutmu, posisi Ryani belum bisa digantikan oleh siapapun termasuk Justin. Justin ngajak kamu ke sebuah cafe. Suasana cafe yang cukup romantis pas benar pilihan Justin untuk mengungkapkan semua perasaannya ke kamu.
“(ma ku), aku nggak tau dan entah apalagi yang bisa aku lakukan untuk yakini kamu, kalau aku benar-benar serius sama kamu. Aku ngerti kok, kalau hati kamu bukan untuk aku. Aku nggak bisa mengantikan posisi Ryan di hati kamu”.
“Ryan...? Kok kamu tau?”
“Jeni udah cerita banyak tentang kamu. Maaf, mungkin aku terlalu lancang tau soal kamu. Tapi ini aku lakukan karena aku bingung dengan sikap kamu. Kita sudah hampir dua bulan pacaran, tapi nggak seperti orang pacaran lazimnya. Aku sadar, aku nggak akan bisa bahagiakan kamu. emang, pacaran kita masih cinta mnyet."
Justin menarik napas dalam-dalam.
“Aku nggak peduli perasaan kamu ke aku seperti apa, tapi kamu harus tau aku benar-benar sayang sama kamu, aku cinta sama kamu"
Streett....!! tanpa diduga jus tomat kamu tumpah, sehingga membasahi jeans yang dikenakan kamu.
“Kok bisa gini ? Kamu sich melamun aja,” kata Justin sembari membersihkan celana kamu dengan tissue. kamu membiarkan Justin melakukan itu. Nggak biasanya dia seperti itu.
“Dah selesai,” kata Justin.
kamu kaget. Berarti dari tadi Justin membersihkan celana kamu, kamu terus melamun.
“Thanks ya Tin. Duh .. jadi nggak enak nich”.
“Nggak apa-apa (nma kmu)”.
“Aku ke toilet sebentar ya Tin”.
Kamu ke toilet yang berada di sebelah kanan pintu keluar.
“Oh Tuhan...., kenapa aku selalu deg-degan terus bila dekat sama Justin, padahal sebelumnya nggak gitu. Dia baik banget, aku nggak tega kalau nyakitin dia. Mungkin Jeni benar, aku harus menerima Justin jadi soulmateku, dan aku akan berusaha belajar mencintainya,” pikir kamu dalam hati.
Pas mau masuk ke toilet, tiba-tiba mata kamu terbentur dengan sosok yang nggak asing lagi buatkamu.
“Ryan ....?”
“(nma kmu)......kenapa ada di sini?”
“Kamu sendiri? Aku lagi makan bareng sama teman”.
“Dengan siapa kemari? Dengan pacar kamu?”
Bussyet Ryan ngeledek atau serius.
“Nggak, teman.”
“Kamu masih sendiri (nma kmu)?”
“He eh”.
“Sama donk kalau gitu”.
“Kenapa ya aku nggak ngerasain hal yang sama pada Ryan seperti yang aku rasakan waktu dengan Justin,” pikirkmu
“Berarti aku bisa donk jalan lagi sama kamu,” tanya Justin.
kamu bingung dengan pertanyaan Ryan barusan.
“Boleh”.
“(nma kamu), aku cabut dulu, teman-teman nunggu tuh...”.
***
“Jen, gimana nich? Ntar malam Ryan ngajak aku kencan.”
“Kencan apaan?”
“Jen, aku bingung banget. Tau nggak, dia ngajak aku balikan”.
“Nggak bisa . Aku nggak setuju”.
“Tapi aku masih sayang sama dia. Dia nggak berubah Jen. Lagian kami kan belum putus”.
“Kamu tu gila ya . Ryan itu udah ninggalin kamu, terus sekerang dia ngajakin kamu pacaran lagi. Kamu tu jangan bego (nma kmu)”.
“Tapi aku senang kalau bisa jalan sama dia lagi. Masalahnya Justin, Jen. Gimana Justin?”
“Aku nggak bisa bantu kamu soal ini. Aku nggak ikut dalam perbuatan konyol kamu”.
“Ya udahlah, Jen”.
Jeni ninggalin kamu. Sementara kamu masa bodoh dengan omongan Jeni.
Malamnya Ryan menjemput kamu. Ryan membawa kamu ke tempat yang nggak kalah romantisnya dengan waktu Justin ngajak kamu
“(nma kamu), aku minta maaf”.
“Soal apa?”
“Aku tau, mungkin permintaan maaf aku ini nggak cukup buat nebus kesalahan aku sama kamu. Aku ninggalin kamu gitu aja,” hati-hati Ryan melanjutkan kata-katanya.
“Waktu itu aku nggak tega mutusin kamu, makanya aku pergi ninggalin kamu”.
kamu terdiam, kegetiran menyelimuti perasaanmu. Luka lamamu tertoreh kembali oleh perkataan Ryan yang mengingatkannya pada penderitaan yang kamu rasakan sepeninggal Ryan darimu.
“(nma kmu), maafin aku. Sebenarnya waktu kita masih pacaran dulu, aku udah menjalin hubungan dengan cewek lain, namanya Selena. Aku membandingkan kamu dengan Selena, dengan tujuan ingin mencari yang terbaik diantara kalian berdua. Dengan Selena aku mendapatkan sesuatu yang nggak aku dapat dari kamu. Makanya aku putuskan bahwa Selena adalah pilihan hatiku”.
Air mata yang indah ditahan kamu dari tadi nggak bisa lagi diajak kompromi, kini bergulir di kedua pipikamu.
“Aku pergi dari kehidupan kamu dengan harapan aku bisa bahagia dengan Selena. Tapi kenyataannya lain, Selena nggak cuma milik aku, dia juga milik cowok-cowok lain. Sejak aku tau Selena seperti itu, aku putus sama dia, dan setelah itu aku kesepian. Waktu itu aku sempat berpikir untuk kembali sama kamu, tapi aku takut kamu nggak mau menerima aku. Akhirnya kita bertemu di cafe itu. Waktu itu semangat dan keberanianku muncul, karena aku yakin dari tatapan mata kamu, masih ada cinta buat aku,” kata Ryan.
kamu mengatur napas. Tampaknya sulit untuk bicara, karena isakan tangis.
“Aku nggak bisa, Yan”.
“Kenapa?” Ryan terkejut dengan ucapan kamu yang nggak pernah dia duga.
“Aku ingin mencari kebahagiaan seperti halnya kamu. Dan aku rasa kebahagiaan itu nggak aku dapatkan dari kamu, tapi dari orang lain.”
“Siapa orang itu, (nma kmu)”.
“Kamu nggak perlu tau siapa dia”.
“Tapi aku yakin, kamu hanya cinta sama aku.”
“Kamu benar, Yan. Aku memang sangat cinta sama kamu, dan aku sulit untuk ngelupain kamu, tetapi bukan berarti aku nggak bisa melupakan kamu.”
“Tapi gimana dengan aku, Kamu harus mikirin aku donk!”
“Waktu kamu ninggalin aku, kamu pernah mikir nggak dengan perasaan aku. Nggak pernah kan, Yan?”
“Tapi ....”
“Ir, serbaiknya kamu lupain semua tentang kita. Itu semua masa lalu, dan aku rasa nggak seharusnya kamu ada di sini, aku nggak mengharapkan kehadiran kamu. Pergilah Yan,ini masih cinta mnyet. kamu harus mencari cinta kamu, karena cinta kamu bukan aku".
***
“Hei .....ngelamun terus. Tuh Justin nungguin di bawah, Kayaknya dia ada sesuatu untuk kamu,” Jeni mengejutkan kamu, sehingga lamunannya berhamburan entah kemana.
“Apa....?”
“Nggak tau. Lihat aja sendiri”.
*
“Apaan nich Tin ?”
“Ntar aja dibuka”.
“Makasih ya”.
Seharian kamu berduaan sama Justin ngerayaan ultahnya kamu yang ke 16. kamu mulai suka sama Justin. kamu nggak sia-sia belajar mencintai dia, karena sekarang kamu memang cinta sama dia.
“Oh ya, handphone kamu ketinggalan. Tadi aku lihat ada satu missed call dan satu message. Coba lihat”.
kamu meraih handphone di tangan Justin. Satu nomor baru, ada satu pesan lagi.
“Selamat Ulang Tahun (nma kmu),” tulis Ryan di handphone itu.
==============================*==============================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar